Dua mahasiswi Pendidikan Teknik Busana juarai Lomba Fashion Design Disperindagkop DIY

Syarifah Mutma’inah Asseggaff (kanan) dan Filcha Yolanda (kiri) mahasiswi semester  lima Pendidikan Teknik Busana berhasil menjuarai lomba Fashion Design. Lomba  merancang dan membuat busana wanita ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Pengembangan Industri Kreatif Mandiri yang diselenggarakan oleh Disperindagkop DIY. Tujuan dari agenda ini yaitu untuk mendorong peningkatan kreasi desainer dalam hal desain, trend , dan kualitas produk fashion tanpa meninggalkan bahan tradisional seperti batik dan tenun. Oleh karena itu, dalam pembuatannya peserta lomba diwajibkan menggunakan salah satu batik/ tenun hasil karya para pengrajin yang sebelumnya mengikuti program pendampingan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) DIY beserta Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Sepuluh peserta yang dipilih oleh Disperindagkop DIY, lima diantaranya adalah mahasiswi  Pendidikan Teknik Busana, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, yaitu Mita Karolina, Syarifah Mutmainah A, Filcha Yolanda Kadoena, Siti Nur Hanifah, dan Gina Eka Putri. Jenis busana yang dibuat adalah busana cocktail yang menggunakan inspirasi dari gaya street snob. Street snob merupakan gaya berbusana yang banyak diilhami dari daily heroes dan sangat dipengaruhi kultur urban, misalnya gaya hiphop, grafitti, skateboard, breakdance, dan lain sebagainya serta menggunakan kombinasi warna yang berani. Masing masing peserta lomba ini menampilkan satu karya busana cocktail rancangannya yang dipamerkan dari tanggal 21 s/d 26 September 2012 di Atrium Malioboro Mall.

Syarifah Mutma’inah Asseggaff yang dinobatkan sebagai juara pertama menuturkan rancangan busana cocktailnya menggunakan tema yang sudah disiapkan oleh Disperindagkop yaitu “Jogja Ethno Luxury” serta inspirasi dari gaya street snob anak muda. Mahasiswi yang akrab dipanggil Ina ini bekerjasama dengan Didik Karyadi, pengrajin tenun stagen untuk menunjang rancangannya yang berjudul “Ethnic Series of Stagen”. “ Saya  ingin memperlihatkan ke masyarakat kalau kain tenun stagen tidak hanya bisa dipakai oleh simbah saja, tapi kita sebagai generasi mudapun bisa menggunakannya dengan padu padan warna yang menarik”, tuturnya. “Selain itu,  saya juga menampilkan bolero unik dari perca stagen sebagai pelengkap sackdress, sehingga kesan simple dan street style tampak pada busana cocktailnya”, ungkapnya.
Senada dengan Ina, Filcha Yolanda Kadoena yang akrab disapa Yolanda juga menggunakan inspirasi street snob pada busana cocktailnya. Mahasiswi yang berhasil meraih juara ketiga ini mengaku bahwa baju rancangannya yang berjudul “Indie Shockhing” tersebut terdiri dari sackdress tanpa lengan dengan tambahan capuchon. Serta rantai – rantai pada bagian punggung belakang sackdreesnya untuk memberikan kesan street style, dan  menggunakan kain batik Bendo yang ethnic sebagai bahan utama pada busana cocktailnya tersebut. (ina)