Dari Inspirasi Warisan Bangsa, Mahasiswa Ciptakan Mahakarya Busana

Menyaksikan warisan peninggalan sejarah dimusium atau menikmati keindahan bangunan kuno peninggalan kerajaaan nusantara masa lalu diberbagai obyek wisata menjadi hal biasa yang sering dilakukan masyarakat. Namun apa jadinya ketika berbagai hal yang berhubungan dengan herritage menjadi inspirasi dan tertuang dalam pola-pola desain gaun pesta yang memukau.

Keindahan gaun malam bernuansa lokal yang dipadupadankan dengan berbagai motif batik dan kain nusantara inilah yang menjadi tema peragaan busana “New Light Herritage” karya Tugas Akhir mahasiswa pendidikan teknik busana dan teknik busana Universitas Negeri Yogyakarta yang sukses digelar di auditorium kampus UNY, Jumat malam (25/5). 85 gaun pesta malam karya mahasiswa didominasi paduan warna-warna trend 2012 seperti warna ungu, hijau dan orange yang hadir dalam bentuk gaun pesta panjang, mini dress dan gaun pesta muslim.

“Sebelum merancang karya busana, mahasiswa terlebih dahulu diwajibkan banyak membaca literatur pustaka yang berhubungan dengan buku-buku warisan budaya Indonesia baik itu dari segi arsitektur bangunan kuno, beragam corak kain batik nusantara hingga senjata tradisional yang dimiliki masing-masing suku dinusantara. Hal ini penting agar dalam proses pembuatan desain pakaian, mahasiswa tidak hanya sekedar membuat pakaian yang komersil namun mampu memasukkan unsur-unsur budaya dan kearifan lokal dalam sentuhan pola yang tergambar dalam busana ready to wear tersebut,” ujar Koordinator Program Studi Teknik Busana, Sri Emi Yuli, M.Si sesaat sebelum pagelaran busana dimulai.

Dalam proses penciptaan karya yang terinspirasi dari beragam herritage bumi nusantara, mahasiswa tak tanggung-tanggung memasukkan beberapa unsur filosofi warna seperti yang terdapat dalam senjata tradisional bambu runcing khas kalimantan yang menjadi simbol kekuatan warga masyarakat kalimantan. Simbol-simbol bambu runcing yang tajam dan kuat dituangkan dalam desain pola pakaian menyerupai bambu runcing dibeberapa bagian gaun malam yang ditampilkan para model-model profesional ini.

Selain pola bambu runcing sebagai salah satu warisan budaya yang kini mulai surut ditelan arus globalisasi, yang tidak kalah menarik adalah sentuhan kain batik yang dikreasikan pada gaun pesta dengan teknik cutting spectacular dan teknik jahit halus yang sebagian besar penyelesaiannya menggunakan tangan (handmade). Salah satu keunikan pada pagelaran busana bernuansa herrtitage kali ini adalah para desainer tidak banyak menghadirkan payet, kristal dan manik-manik untuk membuat kesan glamaour pada gaun-gaun malam hasil kreasi mahasiswa.

Penggunaan payet digunakan dalam jumlah yang tidak terlalu banyak karena mahasiswa lebih dominan menggunakan pola jahit manuculating fabric. Sebuah pola menjahit dengan cara memanipulasi permukaan kain dengan kreasi unik yang lebih simpel dan tidak terkesan glamour. Pola ini akan membuat wanita yang menggunakan gaun pesta malam terlihat lebih anggun, sederhana namun tetap menawan meski tidak banyak aksesoris pelengkap yang ditambahkan pada detail-detail gaun seperti mayoritas gaun yang ada saat ini.

“ Menjadi seorang desainer bukan hanya pandai membuat pakaian yang indah dan laris manis terjual dipakaian. Seorang desainer juga harus mampu mengangkat hal-hal yang selama ini mulai dilupakan masyarakat salah satunya adalah warisan budaya yang memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang ada di Indonesia. Dengan adanya pagelaran busana ini diharapkan pengetahuan mahasiswa dan masyarakat tentang kekayaan warisan budaya akan bertambah dan semakin bangga menggunakan desain dengan corak etnik yang dipadukan dengan style modern seperti saat ini,” pungkasnya. (ina)